JAKARTA - Uji
laboratoriun terhadap beras plastik yang beredar di Bekasi, yang
dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seperti jalan di
tempat. Hingga kemarin pengujian belum juga membuahkan hasil.
"Siang tadi (kemarin, red) baru saja
saya menghubungi BPOM. Mereka mengaku masih meneliti beras yang
dikatakan beras plastik itu," kata Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama.
Dia menegaskan keputusan final apakah beras itu plastik atau bukan, berada di bawah kewenangan BPOM. Tjandra mengatakan laboratoriumnya siap mendukung penelitian atau uji laboratorium itu.
Dia menegaskan keputusan final apakah beras itu plastik atau bukan, berada di bawah kewenangan BPOM. Tjandra mengatakan laboratoriumnya siap mendukung penelitian atau uji laboratorium itu.
Diantaranya mereka memiliki laboratorium
berbasis high performance liquid chromatography (HPLC). Laboratorium
ini mempunya kemampuan mendeteksi senyawa padat dalam suatu bahan.
"Pernah kita coba saat mendeteksi kandungan karbamat dalam pestisida,"
tambahnya.
Tjandra mengatakan ada tiga akibat yang bisa muncul dari konsumsi plastik. Yakni mengakibatkan trauma di saluran cerna akibat fisik konponen plastik yang dikonsumsi.
Tjandra mengatakan ada tiga akibat yang bisa muncul dari konsumsi plastik. Yakni mengakibatkan trauma di saluran cerna akibat fisik konponen plastik yang dikonsumsi.
Meskipun komponen plastik sudah
cenderung lentur setelah ditanak, namun tetap berpotensi membuat trauma
organ pencernaan. Dampak berikutnya adalah efek bahan kimia tertentu
yang dipakai. Menurutnya, bahan baku plastik sangat beragam sehingga
perlu diketahui secara pasti bahan kimia apa yang dipakai.
Baca juga : Pencernaan "error" Karena Beras Pelastik.
Terkait senyawa polyvinyl, Tjandra menguatkan kesimpulan bahwa zat tersebut merupakan salah satu bahan dasar pembuat plastik. Kemudian muncul kabar bahwa beras imitasi ini juga mengandung resin exudat. Bahan ini berfungsi sebagai perekat dan pengawet.
"Kepastian bahan-bahan apa saja yang dipakai, sebaiknya menunggu hasil uji laboratorium BPOM," tandasnya.
Dampak ketiga, kata Tjandra, bahan-bahan pembuat plastik itu berpotensi masuk atau terserap ke dalan pembuluh darah. Penyerapan ini melalui mukosa saluran cerna.
"Jika demikian maka dampaknya sudah
menyebar ke seluruh tubuh, bisa memicu berbagai penyakit termasuk
kanker," ujar dia. Kasus serupa yang pernah mengegerkan adalag susu
formula yang tercampur atau tercemar melamin di Tiongkok.Dampak ketiga, kata Tjandra, bahan-bahan pembuat plastik itu berpotensi masuk atau terserap ke dalan pembuluh darah. Penyerapan ini melalui mukosa saluran cerna.
Meskipun berpotensi mengganggu kesehatan, Tjandra menegaskan belum ada kasus kesakitan akibat konsumsi beras imitasi ini. Namun dia mengatakan, beras yang terbuat dati plastik tidak layak konsumsi. Oprasi pasar untuk menarik beras plastik dia nilai langkah yang tepat untuk mencegah perluasan konsumsi di masyarakat. (http://mixblog22.blogspot.com).
0 comments:
Post a Comment